Jumat, 18 September 2015

MENJUMPAI RASULULLOH saw DALAM KEADAAN TERJAGA.


     Dalam riwayat yang disampaikan oleh murid-murid al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Tijani pendiri tarikat Tijaniyah,dikemukakan bahwa al-Tijani menerima shalawat fatih dari Rasululloh saw,secara langsung dalam kondisi terjaga. Akan tetapi para ustad agama wahhabi mengatakan ini adalah hal yang mustahil. para ustad wahhabi berkata :" bisa saja syetan  mengaku sebagai Rasululloh saw"' demikian menurut mereka.

     Tetapi, dalam menolak riwayat Syaikh al-Tijani tersebut, ustad Wahhabi mengajukan dalil-dalil ilmiah dari al-Qur'an dan sunnah yang mendukung penolakannya. Misalnya mengajukan dalil-dalil bahwa apa yang diakui oleh Syaikh al-Tijani tersebut tidak benar. Ia hanya mengajukan argumentasi murahan dari akalnya sendiri,yangh dapat dilakukan oleh siapa saja.

     Dalam menjawab ketidakpercayaan para pelaku taklid buta terhadap Wahhabi seperti ustad-ustad wahhabi telah menyusun risalahnya yang berjudul "Tanwir al-Halak fi Imkan Ru'yat al_Nabiy wa al-Malak (menerangi kegelapan tentang kemungkinan menjumpai Nabi dan malaikat dalam keadaan terjaga)"
 
     Menurut al-Hafizh al-Suyuthi, menjumpai Nabi saw dalam keadaan terjaga san gat dimungkinkan dalam pandangan agama. hal ini didasarkan pada hadist shahih: "Barangsiapa melihatku dalam mimpi,maka ia akan menjumpaiku dalam keadaan terjaga dan syetan tidak akan dapat memerankan aku" (HR.al-Bukhari [6478],Muslim[4207], Abu Dawud [4636], Ibn Majah [3890], dab Ahmad [3608].
 
     Hadist ini memberikan penjelasan kepada kita ,bahwa orang yang pernah bermimpi bertemu Rasululloh saw,akan dapat menjumpainya dalam keadaan terjaga. Lalu bagaimana dengan pendapat para ustad wahhabi yang mengatakan " Bisa saja setan mengaku sebagai Rasululloh saw"?. Tentu saja pernyataan ini sebagai bukti bahwa para Ustad Wahhabi bukan termasuk pengikut ahli hadist karena dengan cerobohnya ia telah menentang hadist Rasululloh yang shahih . Rasululloh mengatakan :" Syetan tidak dapat memerankan aku"' tetapi para ustad Wahhabi menentangnya dengan berpandangan bahwa Syetan mampu memerankan Rasululloh. Sekali lagi hal ini membuktikan bahwa para Ustad Wahhabi bukanlah golongan Ahlussunnah wal Jamaah.

     Dalam menolak riwayat dari al-Imam al-Tijani di atas, para ustad agama Wahhabi mangatakan :" Syaikh Ahmad al-Tijani tidak mengenal ciri-ciri Rasululloh dengan baik."
     Tentu saja alasan para ustad Wahhabi ini hanyalah alasan yang mengada-ada,karena dalam mimpi bertemu Rasululloh -dalam hadist-hadist tersebut tidak disyaratkan harus mengenal ciri-ciri Rasululloh secara baikterlebih dahulu. Sementara ciri-ciri Rasululloh telah diterangkan dalam berbagai kitab hadist dan sejarah,yang tentunya sangat tidak mungkin tidak diketahui oleh Syaikh al-Tijani yang telah disepakati ketakwaannya dan kedalaman ilmunya oleh para ulama.

     Ustad-ustad agama Wahhabi mengatakan : "Para sahabat yang mulia termasuk Abu Bakar ,Umar,Utsman dan Ali sepeninggal Rasululloh ,tidak ada yang dijumpai dalam kondisi terjaga. Padahal mereka lebih akrab dan lebih mulia dari Syaikh al-Tijani".
     Menjawab alasan para ustad wahhabi ini ,perlu dikemukakan disini, bahwa menjumpai Rasululloh saw, secara terjaga itu termasuk karomah para auliya'. Sedangkan suatu karomah yang terjadi pada para auliya itu tidak disyaratkan harus terjadi pada kalangan sahabat yang mulia. Diantara sahabat yang di datangi para malaikat dalam keadaan terjaga adalah Imran bin Hushnain. Sementara para sahabat lain yang lebih mulia dari pada Imran bin Hushain seperti Abu bakar, Umar,dan yang lainnya tidak mengalaminya. Sahabat Umar apabila berjalan ,syetan akan mencari jalan yang lain. Sementara Nabi dan sahabat Abu Bakar yang lebih utama daripada Umar tidak dihindari oleh Syetan.

     Dalam konteks ini, Ulama Wahhabi al-Utsaimin yang sangt dikagumi oleh para pengikutnya mengatakan:
"Karomah para wali itu ada kalanya bertujuan penguatan, pemantapan terhadap keimanan ,pertolongan untuk pribadinya dan atau pertolongan terhadap kebenaran.Oleh karena itu,karomah yang terjadi pada generasi tabi'in lebih banyak daripada katomah yang terjadi pada masa para sahabat ,karena para sahabt memiliki pemantapan ,pengokohan dan pertolongan yang mencukupkan mereka dri karomah,dimana Rasululloh saw,pernah berada di tengah-tengah mereka. Sedangkan generasi tabi'in derajat mereka dibawah para sahabat. Karena itu, karomah pada masa tabi'in lebih banyak karena bertujuan penguatan,pemantapan dan pertolongan terhadap kebenaran yang mereka ikuti." (Al-Utsaimin ,Sysrh al-Aqidah al-Wasithiyyah.hal.630)."
 
     Dengan memperhatikan pernyataan al-Utsaimin ini, dapat disimpulkan bahwa karomah Syaikh al-Tijani yang berupa  menjumpai Rasululloh saw dalam keadaan terjaga tersebut boleh jadi sebagai penguatan terhadap kewalian beliau,atau sebagai bukti terhadap kebenaran Thariqat Sufi beliau,yang sudah barang tentu mengandung ajaran tawassul dengan para Nabi dan wali yang sudah meninggal.
     Sedangkan pernyatan para Ustad Wahhabi, bahwa para sahabat yang mulia tidak pernah dijumpai Rasululloh saw, dalam keadaan terjaga,adalah termasuk kebohongan saja. Para ulama meriwayatkan bahwa diantara sahabat yang dijumpai Nabi saw dalam keadaan terjaga adalah saiyidina Ustman r.a berdasarkan hadist sebagai berikut.
"Abdullah bin Salam r.a berkata:" Aku mendatangi saudaraku Utsman r.a untuk mengucapkan salam pada saat beliau dikepung oleh para pemberontak.Lalu beliau berkata: "Selamat datang saudaraku,tadi malam aku melihat Rasululloh dijendela ini (jendela dalam rumah beliau), dan beliau bersabda:" Wahai Ustman,mereka telah mengepungmu?" Aku menjawab: "Ya", Beliau berkata "mereka membuatmu kehausan?" Aku menjawab :"Ya" lalu Rasululloh mengulurkan timba yang berisi air kepadaku,lalu aku meminumnya sehingga aku terasa segar,sampai-sampai aku merasakan dinginnya minuman itu di dadaku, dan beliau berkata: "Bila kamu mau,kamu berbuka puasa bersama kami (di alam barzakh) ." dan aku nmemilih untuk berbuka bersama beliau dan sahabat yang lain".Kemudian Utsman r.a terbunuh pada hari itu."
      Hadist ini diriwayatkan oleh al_hafizh Ibn Abi al-Dunya dalam al-Manamat (hal.66),al-Hafizh Ibn 'Asakir dalam Tarikh Dimasyq (39/386), al-Hafizh Ibn Katsir dalam al-Bidayah wa al-Inayah (7/182),al-Harits bin Abi Uasamah dalam Musnadnya dan lain-lain sebagaimana dikemukakan oleh al-Hafizh al-Suyuthi dalam al-Hawi lil-Fatawi (2/315). Menurut para ulama ,perjumpaan Saiyyidina Ustman dengan Rasul pada malam meninggalnya tersebut terjadi dalam keadaan terjaga.

     Sahabat lain yang juga dijumpai oleh Nabi dalam keadaan terjaga adalah Saiyidina Dhamrah bin Tsa'labah al-Bahzi r.a berdasarkan riwayat sebagai berikut:
""Suatu ketika Dhamrah bin Tsa'labah r.a mendatangi Nabi saw dan berkata: " Wahai Rasululloh ,doakan aku mati syahid." nabi menjawab:" Ya Allah, sesungguhnya aku melindungi darah Ibn Tsa'labah dari orang-orang musrik dan kafir." Dhamrah bin Tsa'labah berkata:" Aku seringkali menyerang sendirian kerumunan orang-orang kafir,lalu Nabi saw menampakkan dirinya kepadaku di belakang mereka,lalu aku menyerang mereka sehingga aku berdiri disisi beliau. Kemudian teman-temanku menampakkan diri kepadaku sehingga aku menyerang bersama-sama mereka". Perawi hadist ini berkata: "Dhamrah dikaruniai umur panjang."
  
  Hadist ini diriwayatkan oleh al-hafizh al-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Kabir (8/308) Dan musnad al-Syamiyyin (2/298). Menurut al-Hafizh al-Haitsami dalam majma' al-Zawa'id (9/633), sanad hadist ini hasan.
     Sahabat Dhamrah bin Tsa'labah mempunyai keinginan mati sebagai syahid. Ian meohon kepada Nabi saw agar didoakan mati Syahid. tetapi yang terjadi malah sebaliknya,Nabi saw berdoa kapada Allah bahwa belia akan melindungi dara Dhamrah dari orang-orang kafir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar